Kamis, 07 April 2016

TEKNIK PENULISAN ARTIKEL KORAN ATAU MAJALAH



Teknik Penulisan Artikel Koran atau Majalah



BAB I
PENDAHULUAN

I.            Latar belakang
Menulis merupakan keterampilan yang sangat berguna bagi kehidupan kita sehari-hari, bahkan dapat menjadi pilihan profesi yang bisa menjadi sumber mata pencaharian. Sebagai salah satu softskill, menulis dapat dipelajari. Kepiawaian seorang penulis bukan semata-mata disebabkan oleh bakat yang dimilikinya saja, tetapi juga hasil dari latihan secara terus-menerus. Pramoedya Ananta Noer mengatakan, “semua harus ditulis. Apapun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna.”
Artikel merupakan sebuah tulisan tentang suatu pokok khusus dalam surat kabar atau majalah. Untuk menulis artikel, tidak jauh berbeda dengan penulisan karangan-karangan lainnya. Bila sudah menguasai kiat dasar mengarang, kita tidak akan kesulitan dalam menulis karangan-karangan tersebut. Dalam menulis artikel itu sendiri, kita dapat dengan bebas menuangkan ide-ide yang kita miliki misalnya saja pengalaman pribadi ataupun merujuk pada suatu referensi.
II.            Rumusan Masalah
A.    Apa pengertian dari artikel koran atau majalah?
B.     Apa tujuan penulisan dari artikel koran atau majalah?
C.     Apa saja ruang lingkup artikel koran atau majalah?
D.    Bagaimana langkah penyusunan artikel koran atau majalah?
E.     Apa contoh dari artikel koran atau majalah?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Artikel Koran atau Majalah
Artikel dalam bahasa Inggris ditulis “article”. Menurut kamus lengkap Inggris-Indonesia karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan W.J.S Poerwadarminto, article berarti “karangan”. Sedangkan “artikel” dalam bahasa Indonesia, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, berarti karangan di surat kabar, majalah, tabloid dan sebagainya.
Dalam lingkup jurnalistik, para pakar komunikasi menerjemahkan artikel, berdasarkan sudut pandang masing-masing. Menurut R. Amak Syarifuddin, dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Massa (STIKOSA-AWS) Surabaya, artikel adalah suatu tulisan tentang berbagai soal, mulai politik, sosial, ekonomi budaya, teknologi, olahraga, dll.[1][1]
Menurut Drs. AS Haris Sumadiria, M.Si., artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (informatif), dan meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif).[2][2]
Menurut analisa kami, artikel koran atau majalah adalah suatu karya yang disajikan melalui tulisan yang bersifat subjektif, kreatif, serta referensial yang diterbitkan pada surat kabar harian maupun majalah. Subjektif dalam hal ini berarti tulisan pada artikel merupakan opini penulis sendiri terhadap suatu fenomena. Kreatif  berarti setiap penulis artikel memiliki sebuah kemampuan untuk menghasilkan artikel yang berbeda dari yang diciptakan orang lain. Suatu artikel yang ditulis secara referensial membutuhkan sumber-sumber realita yang relevan seperti surat kabar, buku, skripsi, jurnal, dll.



B.     Tujuan Penulisan Artikel Koran/Majalah
Berdasarkan dari pengertian artikel dari Haris Sumadiria, artikel ditulis dengan beberapa tujuan yaitu informatif, persuasif argumentatif, dan rekreatif.
1.            Memberitahu (informatif)
Artikel yang ditulis memberikan sejumlah informasi penting bagi pembaca tanpa ada unsur promosi atau mempengaruhi keyakinan pembaca akan sesuatu hal.
2.            Meyakinkan (persuasif argumentatif)
Bisanya dalam hal ini, penulis memberikan pendapatnya dengan tujuan untuk mengajak pembaca melakukan sesuatu atau mempengaruhi asumsi yang dimiliki oleh pembaca berdasarkan argumen yang dimiliki oleh penulis.
3.            Menghibur khalayak pembaca (rekreatif)
Penulis menyajikan kata atau kalimat yang berfungsi sebagai media hiburan bagi pembacanya tanpa ada unsur persuasif. Karena bersifat hiburan, biasanya artikel yang ditulis lebih ringan pokok bahasannya.

C.     Ruang Lingkup Artikel Koran/Majalah
Artikel merupakan tulisan yang berisi pemikiran penulis tentang fenoma masyarakat, politik, teknologi, dan sebagainya yang dikemas secara khas dengan gaya jurnalistik untuk diterbitkan pada khalayak pembaca khususnya pada media massa harian seperti koran atau majalah.
Artikel pada hakikatnya merupakan sebuah karya yang bersifat subjektif, mengingat bahwa seluruh isi artikel merupakan hasil pandangan penulis yang sifatnya tentu saja unik. Unik berarti bahwa setiap penulis walaupun memiliki topik bahasan yang sama, tetapi menyajikannya dalam tulisan yang berbeda serta pandangan yang bervariatif. Selain unik, syarat lain dalam artikel yang tidak boleh dilupakan adalah kebenaran fakta yang ada, ditulis berdasarkan bahasa jurnalistik yang benar, serta dapat dipertanggung jawabkan dengan adanya nama penulis yang dicantumkan pada setiap karangan artikel yang terbit.
Sering kita menemui artikel yang dimuat di surat kabar atau majalah memiliki jenis-jenis yang berbeda. misalnya, artikel religi, artikel analisis ahli, dan sebagainya.


1.            Jenis artikel
Jenis artikel dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu artikel praktis, halaman opini, analisis ahli, religi dan artikel ringan.[3][3]
a.       Artikel praktis
Yaitu artikel yang isinya lebih banyak bersifat petunjuk praktis. Biasanya berkaitan dengan tentang cara melakukan sesuatu hal (how to). Dalam menulis artikel praktis lebih menekankan pada aspek ketelitian dan ketrampilan daripada pengamatan dan pengembangan pengetahuan dan analisis peristiwa. Artikel praktis biasanya ditulis dengan menggunakan pola kronologis. Maksudnya, pesan disusun bedasarkan urutan waktu. Misalnya, artikel tentang petunjuk kiat hidup sehat, penggunaan teknologi baru, cara belajar yang efektif, manajemen diri, dan sebagainya.
b.      Artikel ringan
Yaitu artikel yang lebih banyak mengangkat topik bahasan yang sifatnya ringan. Cara penyajiannya pun ringan, sehingga tidak terlalu menguras pikiran pembaca. Penulisan artikel ringan biasanya dengan menginformasikan hal yang sangat bermanfaat bagi pembacanya.
c.       Artikel halaman opini
Yaitu artikel yang berupa opini atau pendapat sesorang tentang suatu hal atau peristiwa. Dalam penulisan artikel opini, topik biasanya diambil dari hal-hal yang sedang hangat (up to date) dan banya dibicarakan orang. Pada dasarnya semua artikel sebagai opini atau pendangan dari penulisnya dan bersifat subjektif. Selain itu, artikel opini biasanya juga ditulis untuk menanggapi, memprediksi hal-hal atau fenomena-fenomena yang mungkin akan terjadi. Artikel opini biasanya dapat ditemui bersama tulisan-tulisan lainnya seperti tajuk rencana, pojok, kolom, surat pembaca, dll. Penulisan artikel opini biasanya ditulis dengan mengupas masalah secara mendalam dan serius. Terkadang merujuk pada pendekatan analisis akademis, dan pemuatannya biasanya dilampiri foto penulis.


d.      Artikel analisis ahli
Yaitu artikel yang ditulis oleh seorang ahli yang sesuai dengan orang yang ahli dalam bidangnya. Mereka mengupas suatu persoalan yang sedang terjadi secara tuntas, tajam, dan mendalam. Salah satu tujuan dari artikel analisis ahli antara lain mendekatkan pokok-pokok masalah yang sedang disorot sebagai suatu persoalan yang biasanya mengandung pertanyaan, dengan tinjauan pakar di bidang yang sama dengan memberikan penjelasan dan jawaban bagi pembaca.
e.       Artikel religi
Sesua dengan istilahnya, artikel ini berisi tentang ajaran agama atau keyakinan. Pada hari-hari tertentu, media massa sering menyediakan ruang yang memuat artikel religi. Seperti pada surat kabar harian Pikiran Rakyat, setiap hari Jum’at menyediakan ruang untuk artikel religi yang ditulis oleh seorang muslim dan pada hari Minggu memuat artikel religi yang ditulis penganut ajaran agama lain. Dalam menulis artikel ini, siapapun dapat melakukannya asal memahami ajaran agama yang dianut.
  
2.            Ciri-ciri artikel
Pada umunya, artikel pada koran atau majalah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :[4][4]
a.       Ditulis berdasarkan pandangan penulisnya
b.      Mengandung gagasan aktual
c.       Intelektual
d.      Orisinal
e.       Mengungkapkan suatu masalah dan memberikan solusinya
f.       Singkat, padat dan tuntas
g.      Bahasa sederhana, hidup, menarik, segar, populer dan komunikatif
h.      Menyangkut kepentingan publik
i.        Ditulis dengan atas nama (by line story)


3.            Bagian- bagian artikel
Pada umumnya bagian-bagian artiekel terdiri atas judul (head), nama penulis (by name), pendahuluan (intro), isi (contents) dan penutup (closing).[5][5]
a.       Judul
Judul merupakan identitas terpenting dari artikel yang diibaratkan seperti kepala bagi manusia.
b.      Penulis (by name)
Adalah nama kita sebagai penulis artikel. Dalam menulis artikel dapat dilakukan sendiri maupun berdua. Walaupun menulis berdua sangat jarang dilakukan oleh penulis artikel di media massa haian, namunpada majalah ilmiah hal ini lazim dilakukan.
c.       Pendahuluan
Into atau pendahuluan merupakan kalimat atau paragraf pembuka sebagai awal penulisan artikel.
d.      Isi
Yaitu merupakan uraian isi pesan yang disampaikan kepada pembaca.
e.       Penutup
Kalimat atau paragraf pada bagian terakhir sebagai penutup dari tulisan artikel.










D.    Langkah penyusunan artikel koran/majalah
Menulis artikel merupakan kegiatan yang terdiri dari tiga tahap ; tahap persiapan penulisan (prewriting), pelaksaan penulisan (writing), dan perbaikan materi tulisan (editing). [6][6]
1.      Persiapan penulisan (prewriting)
a.       Aspek administratif
Yaitu menyiapkan hal-hal yang bersifat administratif seperti mesin tik, pita mesin tik, komputer, tinta, kertas, pensil, serta sumber-sumber rujukan yang diperlukan seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal, kliping berita, dan kliping artikel.
b.      Aspek teknis
Yaitu memastikan peralatan yang diperlukan berfungsi dengan baik. Mesin tik, komputer, ataupun printer harus dalam keadaan baik untuk mengerjakan artikel. Selain itu, program-program yang menunjang proses penulisan artikel harus baik serta memadai. Baik dari kualitas program, kesesuaian dengan komputer yang dipakai, serta seberapa besar pengetahuan penulis akan program yang dipakai.
c.       Aspek akademis
Buatlah kerangka (out line) sederhana untuk memudahkan penulisan sekaligus menghindari tumpang tindih bahasan. Selain hal tersebut, dapat menggunakan pola 3P dan ABC yang sangat sederhana, mudah dipahami, dan dapat dilakukan oleh setiap orang.

1)      Pola 3P
3P merupakan singkatan dari pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Maksudnya dalam penulisan artikel dapat dibagi kedalam tiga bagian besar, yakni:
a.       Pendahuluan
b.      Pembahasan
c.       Penutup
Pada bagian pendahuluan lazim disebut sebagai intro. Sedangkan bagian penutup kerap disebut sebagai kesimpulan. Dengan catatan apabila artikel yang ditulis tersebut menggunakan pendekatan induktif. Pola 3P diibaratkan sebagai sebuah bangunan dengan gagasan yang utuh. Kerangka artikel harus memiliki tiga tiang penyangga utama yang kokoh yakni pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
2)      Rumus ABC
Lain halnya dengan 3P, ABC bukan merupakan sebuah singkatan melainkan urutan pekerjaan yang sifatnya alfabetis. Sedangkan kalau dimaknai lebih lanjut, maka A berarti P1 (pendahuluan), B berarti P2 (pembahasan), C berarti P3 (penutup). Yang membedakan yakni apabila pada 3P masih berupa kerangka artikel yang belum terisi dan hanya sebatas konseptual. Sedangkan, pada rumus ABC kerangka tersebut sudah harus diisi dengan pertanyaan tertentu sehingga menjadi operasional dan fungsional. Rumus ABC dan pola 3P merupakan pendekatan yang sangat sederhana dan praktis dalam menyusun kerangka karangan artikel. Berikut ini contoh dari pola 3P dan ABC.
1.      Ide          : Amien Rais
2.      Topik      : Meneropong peluang Amien Rais untuk bisa terpilih
menjadi presiden periode 2004-2009 dibandingkan dengan empat kandidat presiden pesaingnya,Wiranto, Susilo Bambang Yudhoyono, MegawatiSoekarno Putri, dan Hamzah Haz.
3.      Tesis       : Peluang Amien Rais untuk bisa terpilih menjadi presiden
sangat besar selama tokoh reformasi yang dikenal bersih, jujur, vokal, serta tak bermasalah secara moral dan hukum ini mampu menggalang kerja sama dan dukungan dari kalangan kaum muda perkotaan, Muhammadiyah, dan NU.
4.      Judul                   : Peluang Amien Rais Menjadi Presiden
5.      Kerangka Karangan       :
(pendahuluan)
A.    Kesiapan Jadi Kandidat Presiden
-          Deklarasi Kesiapanjadi presiden
-          Reaksi pro-kontra berbagai kalangan
-          Pilihan manis dan pahit
(pembahasan)
B.     Peluang dan Tantangan yang Dihadapi
-          Rekam jejak sebagai tokoh reformasi
-          Peluang dukungan suara terbesar
-          Tantangan dari para pesaing
(penutup)
C.     Program Kerja dan Strategi Kampanye
-          Program kerja yang ditawarkan
-          Strategi kampanye yang dipilih
-          Asumsi sikap politik masyarakat

d.      Aspek psikologis
Buatlah suasana menulis menjadi menyenangkan. Jika penulis merasa nyaman menulis dengan ditemani musik, maka memutar kaset atau compac disc musik-musik kesukaan dapat menjadi solusi. Secara psikologis, musik dapat membuat hati ceria, terinspirasi dan termotivasi. Selain musik, menyiapkan makanan ringan dan kopi atau sejenisnya juga sangat dianjurkan.
Untuk menulis artikel, skripsi, makalah atau buku, penulis bahkan dianjurkan bisa duduk menghadapi komputer selama 5-6 jam nonstop. Setelah itu beristirahat satu jam, dan pekerjaan mengetik dilanjutkan lagi selama 3-4 jam. Untuk dapat menjadi penulis produktif,  kedisiplinan adalah aspek utama. Kedisiplinan dalam hal ini berarti jangan sampai baru 15 menit mengetik sudah beralih ke pekerjaan lain, misalnya menonton televisi.






2.      Pelaksaan penulisan (writing)
Dalam tahap penulisan, kita harus memusatkan perhatian hanya kepada tulisan yang sedang kita buat. Semua hal yang mengganggu dalam proses penulisan artikel harus dihindari.
a.       Kehabisan kata-kata
Masalah yang sering dialami oleh penulis adalah kehabisan kata atau tidak dapat mengembangkan pokok bahasan lagi. Menurut Haris Sumadiria, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi kehabisan kata-kata.[7][7]
1)      Penjelasan
Secara sederhana, penjelasan berarti membuat keterangan atau uraian terhadap suatu persoalan yang kita bahas. Dengan memberikan penjelasan makna kata, istilah dan gagasan yang dibahas akan mudah dipahami secara lebih baik.
2)      Contoh
Kata dan kalimat yang ada pada opini biasanya merupakan gambaran hal yang bersifat abstrak. Memberikan contoh untuk hal-hal tertentu berarti menggambarkan sesuatu yang abstrak menjadi konkret.
3)      Perbandingan
Perbandingan merupakan uraian artikel yang dapat menjelaskan kepada pembaca. Misalnya membandingkan antara negara satu dengan negara lain.
4)      Kutipan
Menyertakan kutipan merupakan salah satu cara untuk mengembangkan artikel. Kutipan dapat diambil dari kitab suci, tokoh, surat kabar, majalah, buku atau referensi-referensi lain yang relevan dengan topik yang dibahas. Kutipan berfungsi untuk mengembangkan bahasan, mendukung, menguatkan, serta membangun kredibilitas gagasan penulis.
5)      Statistik
Data statistik dapat menghidupkan angka-angka yang ada di artikel. Dengan demikian, pembaca dapat terbantu dalam memahami atau mengenali apa yang ada dalam statistik.
6)      Penegasan
Penegasan yaitu menyatakan kembali suatu pokok masalah dengan penyusunan redaksi yang berbeda-beda. Penegasan berarti memberikan penekanan pada kata atau kalimat tertentu dengan maksud untuk dijadikan rujukan bagi pembaca.

b.      Gaya penulisan artikel
Gaya penulisan seseorang menentukan artikelnya bisa dimuat atau tidak di surat kabar. Ada beberapa gaya penulisan, selain mengikuti gaya penulisan yang digunakan oleh masing- masing penerbit surat kabar. Diantara gaya penulisan yakni:
1)      Gaya penulisan harus kritis, analitis dan eksplanatif atau bukan karangan fiksi.
2)      Hindari penggunaan istilah atau bahasa teknis ilmiah, gunakanlah bahasa ilmiah popular, disertai penjelasan dengan bahasa yang sederhana.
3)      Alur pemaparan harus runtut dan logis.
4)      Tulisan harus terfokus, terorganisir, punya latar belakang yang jelas.
5)      Tidak bertele-tele, bombastis atau malah vulgar.
6)      Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa asing atau bahasa daerah sebaiknya disertai padan kata atau penjelasan.
7)      Tidak menggunakan ungkapan kalimat klise atau normatif.
3.      Perbaikan materi tulisan (editing)
a.              Revisi judul
Karena terkadang judul yang kita buat sifatnya masih sementara, maka kita harus membuat judul yang lebih sesuai dengan isi tulisan, yang lebih menarik, lebih “menggigit” dan lebih mengena sasaran pembaca. Untuk membuat judul yang “menggigit”, diperlukan kepekaan rasa, keindahan bahasa serta ketegasan makna.[8][8] Sering terjadi judul artikel konsumsi yang dibuat penulis pemula terlalu panjang, terlalu singkat, datar, tidak menarik, tidak membumi, dan terlalu akademis. Kerap terjadi, judul artikel sama persis dengan judul laporan penilitian atau judul skripsi yang terasa dingin, kaku, dan sangat formal.
b.             Revisi intro
Seringkali penulis pemula menulis intro berkepanjangan, bertele-tele, berputar-putar, tidak jelas, tidak ringkas, tidak menarik, membosankan, bahkan adakalanya membingungkan. Intro adalah bagian pembuka atau pendahuluan. Dalam pidato, intro adalah pengantar sebelum sampai kepada pokok bahasan. Intro artikel yang baik cukup tiga paragraf. Pastika intro yang sudah ditulis memenuhi syarat : ringkas, jelas, menarik, dan ditulis dalam bahasa jurnalistik yang baik.
c.              Revisi komposisi
Komposisi berarti susunan yang seharusnya beraturan. Artiekel yang baik harus sesuai dengan hukum komposisi. Sekali keluar dari hukum tersebut, kepala dibuat kaki da sebalikanya, maka artikel yang dibuat tak ubahnya seperti sirkus. Untuk itu, perlu diperiksa apakah komposisi artikel yang dibuat sudah baik.
d.             Revisi akurasi dan relevansi data
Teliti dalam mengutip nama seseorang, jabatan, pangkat, kedudukan, alamat, angka, tanggal, bulan dan tahun. Setelah diyakini semuanya tak ada yang salah tulis atau salah kutip, teliti lagi apakah data yanng telah dikutip relevan dengan pokok bahasan. Jika tidak relevan, maka harus dibuang.
e.              Revisi ejaan dan istilah teknis
Tanpa sadar, kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya dimengerti dan dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas. Ganti istilah-istilah tersebut dengan istilah yang lebih dipahami oleh umum.
f.              Revisi gramatika
Berkomunikasi secara tertulis berbeda dengan berkomunikasi secara lisan. Bahasa lisan lebih menekankan pengertian, sedangkan bahasa tulis lebih menekankan pada struktur bahasa dan makna. Selain itu, bahasa artikel juga harus menggunakan bahasa jurnalistik yang menggunakan kalimat-kalimat pendek, tegas, jelas, sederhana, dan mudah dimengerti.
g.             Revisi bobot dan substansi materi tulisan
Menulis tidak hanya sekedar untuk memberikan informasi, meyakinkan, membujuk atau mempengaruhi dan menghibur pembaca. Menulis sekaligus untuk menunjukkan kapasitas dan kredibilitas penulis. Menulis seharusnya sesuai dengan pengetahuan , keahlian, dan disiplin ilmu penulis. Hal seperti itu diperlukan agar suatu ketika penulis tidak salah dalam mengirim artikel.
h.             Asumsi dampak yang diharapakan
Menulis berarti berkomunikasi. Menurut teori, komunikator yang baik adalah yang senantiasa memperhatikan umpan balik. Komunikasi harus efektif, yaitu mencapai hasil yang diharapkan. Menulis seharusnya dalam koridor normatif  yang ada, realitas artikel adalah rasional, bukan realitas virtual atau fiksional.

E.     Contoh Artikel Koran/Majalah

Korupsi Bupati: Dulu dan Kini[9][9]
Sejak era otonomi daerah digulirkan sepuluh tahun silam, kita melihat upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat masih jauh panggang dari api. Ada dua fenomena yang tak dapat kita sangkal: hadirnya politik dinasti dan ramainya perilaku korupsi. Padahal kekuasaan politik yang dibagikan kepada sanak kerabat dan keluarga sudah musnah pada zaman feodal, China sekitar kurun 200 sebelum masehi.
Hari ini kita melihat maraknya politik dinasti yang terjadi diberbagai pemilihan kepala daerah di seluruh Indonesia. Betapa banyak anak dan istri yang maju sebagai calon, tak sedikit pula diantaranya yang keluar sebagai pemenang. Kenyataan semacam itu dapat dengan mudah kita jelaskan sebab mereka memiliki tiga keunggulan yang tak dimiliki calon lain. Tiga keunggulan tersebut adalah modal kuat, atribusi kedekatan dengan incumbent, dan (kemungkinan) pemanfaatan instrument politik.
Di sisi lain kita juga disuguhi perilaku korup yang terus menggejala di tataran elite lokal. Hal itu dapat kita lihat, setidaknya, melalui penetapan beberapa bupati sebagai tersangka kasus korupsi. Berdasarkan data dari komite penyelidikan dan pemberantasan KKN Jawa tengah per Maret tahun ini, ada 6 bupati/walikota di lingkup Jateng yang tersandung kasus korupsi. Diantaranya Sukawi Sutarip (Walikota Semarang), Bambang Bintoro (Bupati Batang), Bambang Rianto (Bupati Sukoharjo), Tasiman ( Bupati Pati), Fahriyanto (Walikota Magelang), dan Indra Kusuma (Bupati Brebes).
Deretan kepala daerah yang tersandera kasus korupsi diatas hanyalah secuil data yang disajikan. Kita akan mendapati angka yang jauh melimpah jika semua kepala daerah (mulai dari gubernur dan bupati/walikota) seluruh Indonesia kita tampilkan. Lalu, bagaimana kita menjelaskan perilaku korupsi yang hari ini begitu telanjang dilakukan oleh kepala daerah?
“Historical Legacy”
            Banyak kalangan menilai bahwa kasus korupsi para bupati (termasuk gubernur) merupakan historical legacy (warisan sejarah). Karena demikian, maka tak heran jika korupsi dianggap telah membudaya di Indonesia. Begitu juga yang terjadi di Negara-negara Afrika dimana tingkat korupsi juga menjulang tinggi.
            Korupsi yang dianggap telah ‘membudaya’, berarti meletakkan korupsi itu sebagai bagian integraldari struktur kesadaran dan budaya masyarakat Indonesia. Bak memakan buah simlakama, sikap antikorupsidapat diartikan sebagai sikap memerangi budaya sendiri. Dan ini sangat berbahaya.
            Sri Margana (2009: 418) menyebutkan bahwa melabelkan korupsi telah menjadi budaya adalah sebuah cultural determinism (determinasi kultural). Kita dapat melacak praktik kotor korupsi di Indonesia dihubungkan dengan bukti-bukti kebiasaan kuno orang Jawa. Tradisi itu dapat berupa menawarkan upeti atau persembahan yang dilakukan para bupati tempoe doeloe. Nyatanya praktik seperti itu tidak hanya menjadi kewajiban semata, namun sebagai upaya menyuap atasan demi nasib karier, jenjang, dan pangkat.
            Sebagai masyarakat dengan kultur jawa , kita juga patut melakukan sebuah otokritik. Bahwa didalam kebudayaan jawa, loyalitas kepada keluarga lebih besar loyalitas kepada Negara sehingga kita dapat melihat kewajiban para pegawai di kantornya adalah sesuatu yang kedua, sedang yang utama adalah kewajiban pada keluarga dan komunitas.
            Dalam teropong lain, Komarudin Hidayat (2010) menengarai, maraknya kasus suap dan korupsi yang melibatkan elite penguasa, termasuk para gubernurdan bupat/walikota, karena gaya hidup mewah para pejabat yang sulit dihilangkan. Gaya hidup mewah ini, menurutnya merupakan warisan orde baru.
            Selama masa orde baru, kita dapat melihat betapa para pejabat dimanjakan dan dilindungi. Nyaris tak ada pemberitaan kasus korupsiwaktu itu- padahal boleh jadi korupsi amat marak dilakukan. Pejabat diperbolehkan melakukan apapun, termasuk penyelewengan uang Negara dan penyalahgunaan wewenang yang dimiliki, sepanjang tetap loyal kepada penguasa.
            Bahkan kecenderungan yang ada saat ini menyiratkan bahwa para kepala daerah tak malu lagi mengorupsi uang Negara meskipun terselundup. Toh kalau ada yang tertangkap, mereka hanya dianggap apes. Lantas bagaimana jalan keluarnya?
            Salah satu upaya mendesak yang perlu dilakukan saat ini adalah asas pembuktian terbalik. Hal ini perlu dilakukan untuk menekan angka korupsi. Pembuktian terbalik itu terutama dapat dilakukan bagi para kepala daerah dan beberapa jabatan pos strategi lainnya. Kekayaan yang dimiliki sebelum menjabat dibandingkan dengan kekayaan selama dan sesudah menjabat. Lalu mereka (kepala daerah dan pejabat) diberi kesempatan untuk menjelaskan dari mana saja kekayaan yang mereka dapatkan. Jika kekayaan melonjak drastic, tentu dugaan korupsi akan mudah dibuktikan. Harta kekayaan pejabat yang berasal dari sumber tidak sah (korups, suap, dan gratifikasi) dapat disita oleh Negara.
            Sudah tinggi waktunya, warisan sejarah berupa budaya yang baik kita pertahankan, sedang yang buruk cepat-cepat kita tinggalkan. Semoga.

(Kompas, Yogyakarta, 29 November 2010)

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Artikel merupakan suatu karya yang disajikan melalui tulisan yang bersifat subjektif, kreatif, serta referensial yang biasanya dimuat dalam media cetak seperti surat kabar atau majalah.
2.      Tujuan penulisan artikel ilmiah antara lain ; Memberitahu (informatif), meyakinkan (persuasif argumentatif), menghibur khalayak pembaca (rekreatif).
3.      Ruang lingkup artikel meliputi;
a.       Jenis artikel; artikel praktis, artikel halaman opini, artikel ringan, artikel analisis ahli, serta artikel religi.
b.      Ciri-ciri artikel; Ditulis berdasarkan pandangan penulisnya, mengandung gagasan aktual, intelektual, orisinal, mengungkapkan suatu masalah dan memberikan solusinya, singkat, padat dan tuntas, bahasa sederhana, hidup, menarik, segar, populer dan komunikatif, menyangkut kepentingan publik, serta ditulis dengan atas nama (by line story)
c.       Bagian-bagian artikel; judul (head), nama penulis (by name), pendahuluan (intro), isi (contents) dan penutup (closing)
4.      Langkah penyusunan artikel koran/majalah
Terdiri dari :
a.       Persiapan penulisan (prewriting)
b.      Pelaksaan penulisan (writing)
c.       Perbaikan materi tulisan (editing)
5.      Contoh artikel koran/majalah
Artikel yang berjudul Korupsi Bupati: Dulu dan Kini mengupas tentang kasus korupsi yang dilakukan oleh beberapa bupati di Indonesia.


B.     Saran
Demikianlah makalah ini kami sampaikan. Kami sadar bahwa makalah ini belum sempurna baik dari segi penulisan maupun materi yang disampaikan. Oleh karena itu, kami sangat berharap akan saran dan kritik dari pembaca demi menciptakan sebuah makalah yang lebih baik . Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan khusunya bagi para pembaca.




DAFTAR PUSTAKA


AS Haris Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2004.

Brama Aji Putra, Menembus Koran: Berani Menulis Artikel, Yogyakarta: Easy
Media, 2012.

Paryati Sudarman, Menulis di Media Massa, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008.

Toto Djuroto & Bambang Suprijadi, Menulis Artikel Karya Ilmiah, cet. V,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar