Teknik
Penulisan Artikel Koran atau Majalah
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar belakang
Menulis merupakan
keterampilan yang sangat berguna bagi kehidupan kita sehari-hari, bahkan dapat
menjadi pilihan profesi yang bisa menjadi sumber mata pencaharian. Sebagai salah
satu softskill, menulis dapat dipelajari. Kepiawaian seorang penulis bukan
semata-mata disebabkan oleh bakat yang dimilikinya saja, tetapi juga hasil dari
latihan secara terus-menerus. Pramoedya Ananta Noer mengatakan, “semua harus
ditulis. Apapun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang
penting tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna.”
Artikel merupakan
sebuah tulisan tentang suatu pokok khusus dalam surat kabar atau majalah. Untuk
menulis artikel, tidak jauh berbeda dengan penulisan karangan-karangan lainnya.
Bila sudah menguasai kiat dasar mengarang, kita tidak akan kesulitan dalam
menulis karangan-karangan tersebut. Dalam menulis artikel itu sendiri, kita
dapat dengan bebas menuangkan ide-ide yang kita miliki misalnya saja pengalaman
pribadi ataupun merujuk pada suatu referensi.
II.
Rumusan Masalah
A. Apa pengertian dari artikel
koran atau majalah?
B. Apa tujuan penulisan
dari artikel koran atau majalah?
C. Apa saja ruang
lingkup artikel koran atau majalah?
D. Bagaimana langkah
penyusunan artikel koran atau majalah?
E. Apa contoh dari
artikel koran atau majalah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Artikel
Koran atau Majalah
Artikel dalam bahasa
Inggris ditulis “article”. Menurut kamus lengkap Inggris-Indonesia karangan
Prof. Drs. S. Wojowasito dan W.J.S Poerwadarminto, article berarti
“karangan”. Sedangkan “artikel” dalam bahasa Indonesia, menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, berarti karangan di surat kabar,
majalah, tabloid dan sebagainya.
Dalam lingkup
jurnalistik, para pakar komunikasi menerjemahkan artikel, berdasarkan sudut
pandang masing-masing. Menurut R. Amak Syarifuddin, dosen Sekolah Tinggi Ilmu
Komunikasi Massa (STIKOSA-AWS) Surabaya, artikel adalah suatu tulisan tentang
berbagai soal, mulai politik, sosial, ekonomi budaya, teknologi, olahraga, dll.[1][1]
Menurut Drs. AS Haris
Sumadiria, M.Si., artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang
mengupas tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversial
dengan tujuan untuk memberitahu (informatif), dan meyakinkan (persuasif
argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (rekreatif).[2][2]
Menurut analisa kami,
artikel koran atau majalah adalah suatu karya yang disajikan melalui tulisan
yang bersifat subjektif, kreatif, serta referensial yang diterbitkan pada surat
kabar harian maupun majalah. Subjektif dalam hal ini berarti tulisan pada
artikel merupakan opini penulis sendiri terhadap suatu fenomena. Kreatif berarti setiap penulis artikel memiliki
sebuah kemampuan untuk menghasilkan artikel yang berbeda dari yang diciptakan
orang lain. Suatu artikel yang ditulis secara referensial membutuhkan
sumber-sumber realita yang relevan seperti surat kabar, buku, skripsi, jurnal,
dll.
B. Tujuan Penulisan
Artikel Koran/Majalah
Berdasarkan dari
pengertian artikel dari Haris Sumadiria, artikel ditulis dengan beberapa tujuan
yaitu informatif, persuasif argumentatif, dan rekreatif.
1.
Memberitahu (informatif)
Artikel yang ditulis memberikan sejumlah informasi penting
bagi pembaca tanpa ada unsur promosi atau mempengaruhi keyakinan pembaca akan
sesuatu hal.
2.
Meyakinkan (persuasif argumentatif)
Bisanya dalam hal ini, penulis memberikan pendapatnya
dengan tujuan untuk mengajak pembaca melakukan sesuatu atau mempengaruhi asumsi
yang dimiliki oleh pembaca berdasarkan argumen yang dimiliki oleh penulis.
3.
Menghibur khalayak pembaca (rekreatif)
Penulis menyajikan kata atau kalimat yang berfungsi
sebagai media hiburan bagi pembacanya tanpa ada unsur persuasif. Karena
bersifat hiburan, biasanya artikel yang ditulis lebih ringan pokok bahasannya.
C. Ruang Lingkup Artikel
Koran/Majalah
Artikel merupakan
tulisan yang berisi pemikiran penulis tentang fenoma masyarakat, politik,
teknologi, dan sebagainya yang dikemas secara khas dengan gaya jurnalistik
untuk diterbitkan pada khalayak pembaca khususnya pada media massa harian
seperti koran atau majalah.
Artikel pada
hakikatnya merupakan sebuah karya yang bersifat subjektif, mengingat bahwa
seluruh isi artikel merupakan hasil pandangan penulis yang sifatnya tentu saja
unik. Unik berarti bahwa setiap penulis walaupun memiliki topik bahasan yang
sama, tetapi menyajikannya dalam tulisan yang berbeda serta pandangan yang
bervariatif. Selain unik, syarat lain dalam artikel yang tidak boleh dilupakan
adalah kebenaran fakta yang ada, ditulis berdasarkan bahasa jurnalistik yang
benar, serta dapat dipertanggung jawabkan dengan adanya nama penulis yang
dicantumkan pada setiap karangan artikel yang terbit.
Sering kita menemui
artikel yang dimuat di surat kabar atau majalah memiliki jenis-jenis yang
berbeda. misalnya, artikel religi, artikel analisis ahli, dan sebagainya.
1.
Jenis artikel
Jenis artikel dapat dibedakan menjadi beberapa bagian,
yaitu artikel praktis, halaman opini, analisis ahli, religi dan artikel ringan.[3][3]
a. Artikel praktis
Yaitu artikel yang isinya lebih banyak bersifat
petunjuk praktis. Biasanya berkaitan dengan tentang cara melakukan sesuatu hal
(how to). Dalam menulis artikel praktis lebih menekankan pada aspek
ketelitian dan ketrampilan daripada pengamatan dan pengembangan pengetahuan dan
analisis peristiwa. Artikel praktis biasanya ditulis dengan menggunakan pola
kronologis. Maksudnya, pesan disusun bedasarkan urutan waktu. Misalnya, artikel
tentang petunjuk kiat hidup sehat, penggunaan teknologi baru, cara belajar yang
efektif, manajemen diri, dan sebagainya.
b. Artikel ringan
Yaitu artikel yang lebih banyak mengangkat topik
bahasan yang sifatnya ringan. Cara penyajiannya pun ringan, sehingga tidak
terlalu menguras pikiran pembaca. Penulisan artikel ringan biasanya dengan
menginformasikan hal yang sangat bermanfaat bagi pembacanya.
c. Artikel halaman opini
Yaitu artikel yang berupa opini atau pendapat sesorang
tentang suatu hal atau peristiwa. Dalam penulisan artikel opini, topik biasanya
diambil dari hal-hal yang sedang hangat (up to date) dan banya
dibicarakan orang. Pada dasarnya semua artikel sebagai opini atau pendangan
dari penulisnya dan bersifat subjektif. Selain itu, artikel opini biasanya juga
ditulis untuk menanggapi, memprediksi hal-hal atau fenomena-fenomena yang
mungkin akan terjadi. Artikel opini biasanya dapat ditemui bersama
tulisan-tulisan lainnya seperti tajuk rencana, pojok, kolom, surat pembaca,
dll. Penulisan artikel opini biasanya ditulis dengan mengupas masalah secara
mendalam dan serius. Terkadang merujuk pada pendekatan analisis akademis, dan
pemuatannya biasanya dilampiri foto penulis.
d. Artikel analisis ahli
Yaitu artikel yang ditulis oleh seorang ahli yang
sesuai dengan orang yang ahli dalam bidangnya. Mereka mengupas suatu persoalan
yang sedang terjadi secara tuntas, tajam, dan mendalam. Salah satu tujuan dari
artikel analisis ahli antara lain mendekatkan pokok-pokok masalah yang sedang
disorot sebagai suatu persoalan yang biasanya mengandung pertanyaan, dengan
tinjauan pakar di bidang yang sama dengan memberikan penjelasan dan jawaban
bagi pembaca.
e. Artikel religi
Sesua dengan istilahnya, artikel ini berisi tentang
ajaran agama atau keyakinan. Pada hari-hari tertentu, media massa sering
menyediakan ruang yang memuat artikel religi. Seperti pada surat kabar harian
Pikiran Rakyat, setiap hari Jum’at menyediakan ruang untuk artikel religi yang
ditulis oleh seorang muslim dan pada hari Minggu memuat artikel religi yang
ditulis penganut ajaran agama lain. Dalam menulis artikel ini, siapapun dapat
melakukannya asal memahami ajaran agama yang dianut.
2.
Ciri-ciri artikel
a.
Ditulis berdasarkan pandangan penulisnya
b.
Mengandung gagasan aktual
c.
Intelektual
d.
Orisinal
e.
Mengungkapkan suatu masalah dan memberikan solusinya
f.
Singkat, padat dan tuntas
g.
Bahasa sederhana, hidup, menarik, segar, populer dan
komunikatif
h.
Menyangkut kepentingan publik
i.
Ditulis dengan atas nama (by line story)
3.
Bagian- bagian artikel
Pada umumnya bagian-bagian artiekel terdiri atas judul
(head), nama penulis (by name), pendahuluan (intro), isi (contents)
dan penutup (closing).[5][5]
a. Judul
Judul merupakan identitas terpenting dari artikel yang
diibaratkan seperti kepala bagi manusia.
b.
Penulis (by name)
Adalah nama kita sebagai penulis artikel. Dalam
menulis artikel dapat dilakukan sendiri maupun berdua. Walaupun menulis berdua
sangat jarang dilakukan oleh penulis artikel di media massa haian, namunpada
majalah ilmiah hal ini lazim dilakukan.
c.
Pendahuluan
Into atau pendahuluan merupakan kalimat atau paragraf
pembuka sebagai awal penulisan artikel.
d.
Isi
Yaitu merupakan uraian isi pesan yang disampaikan
kepada pembaca.
e.
Penutup
Kalimat atau paragraf pada bagian terakhir sebagai penutup
dari tulisan artikel.
D. Langkah penyusunan
artikel koran/majalah
Menulis
artikel merupakan kegiatan yang terdiri dari tiga tahap ; tahap persiapan
penulisan (prewriting), pelaksaan penulisan (writing), dan perbaikan materi
tulisan (editing). [6][6]
1.
Persiapan
penulisan (prewriting)
a.
Aspek
administratif
Yaitu menyiapkan
hal-hal yang bersifat administratif seperti mesin tik, pita mesin tik,
komputer, tinta, kertas, pensil, serta sumber-sumber rujukan yang diperlukan
seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal, kliping berita, dan kliping
artikel.
b.
Aspek teknis
Yaitu memastikan
peralatan yang diperlukan berfungsi dengan baik. Mesin tik, komputer, ataupun
printer harus dalam keadaan baik untuk mengerjakan artikel. Selain itu,
program-program yang menunjang proses penulisan artikel harus baik serta
memadai. Baik dari kualitas program, kesesuaian dengan komputer yang dipakai,
serta seberapa besar pengetahuan penulis akan program yang dipakai.
c.
Aspek akademis
Buatlah kerangka
(out line) sederhana untuk memudahkan penulisan sekaligus menghindari tumpang
tindih bahasan. Selain hal tersebut, dapat menggunakan pola 3P dan ABC yang
sangat sederhana, mudah dipahami, dan dapat dilakukan oleh setiap orang.
1) Pola 3P
3P merupakan singkatan dari pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Maksudnya
dalam penulisan artikel dapat dibagi kedalam tiga bagian besar, yakni:
a. Pendahuluan
b. Pembahasan
c.
Penutup
Pada bagian pendahuluan lazim disebut sebagai intro.
Sedangkan bagian penutup kerap disebut sebagai kesimpulan. Dengan catatan
apabila artikel yang ditulis tersebut menggunakan pendekatan induktif. Pola 3P
diibaratkan sebagai sebuah bangunan dengan gagasan yang utuh. Kerangka artikel
harus memiliki tiga tiang penyangga utama yang kokoh yakni pendahuluan,
pembahasan, dan penutup.
2)
Rumus ABC
Lain halnya
dengan 3P, ABC bukan merupakan sebuah singkatan melainkan urutan pekerjaan yang
sifatnya alfabetis. Sedangkan kalau dimaknai lebih lanjut, maka A berarti P1
(pendahuluan), B berarti P2 (pembahasan), C berarti P3 (penutup). Yang
membedakan yakni apabila pada 3P masih berupa kerangka artikel yang belum
terisi dan hanya sebatas konseptual. Sedangkan, pada rumus ABC kerangka
tersebut sudah harus diisi dengan pertanyaan tertentu sehingga menjadi
operasional dan fungsional. Rumus ABC dan pola 3P merupakan pendekatan yang
sangat sederhana dan praktis dalam menyusun kerangka karangan artikel. Berikut
ini contoh dari pola 3P dan ABC.
1. Ide :
Amien Rais
2. Topik :
Meneropong peluang Amien Rais untuk bisa terpilih
menjadi presiden periode 2004-2009 dibandingkan dengan
empat kandidat presiden pesaingnya,Wiranto, Susilo Bambang Yudhoyono,
MegawatiSoekarno Putri, dan Hamzah Haz.
3. Tesis :
Peluang Amien Rais untuk bisa terpilih menjadi presiden
sangat besar selama tokoh reformasi yang dikenal
bersih, jujur, vokal, serta tak bermasalah secara moral dan hukum ini mampu
menggalang kerja sama dan dukungan dari kalangan kaum muda perkotaan,
Muhammadiyah, dan NU.
4. Judul :
Peluang Amien Rais Menjadi Presiden
5. Kerangka Karangan :
(pendahuluan)
A. Kesiapan Jadi Kandidat Presiden
-
Deklarasi Kesiapanjadi presiden
-
Reaksi pro-kontra berbagai kalangan
-
Pilihan manis dan pahit
(pembahasan)
B. Peluang dan Tantangan yang Dihadapi
-
Rekam jejak sebagai tokoh reformasi
-
Peluang dukungan suara terbesar
-
Tantangan dari para pesaing
(penutup)
C. Program Kerja dan Strategi Kampanye
-
Program kerja yang ditawarkan
-
Strategi kampanye yang dipilih
-
Asumsi sikap politik masyarakat
d.
Aspek psikologis
Buatlah suasana menulis menjadi menyenangkan. Jika penulis merasa nyaman
menulis dengan ditemani musik, maka memutar kaset atau compac disc musik-musik
kesukaan dapat menjadi solusi. Secara psikologis, musik dapat membuat hati
ceria, terinspirasi dan termotivasi. Selain musik, menyiapkan makanan ringan
dan kopi atau sejenisnya juga sangat dianjurkan.
Untuk menulis artikel, skripsi, makalah atau buku, penulis bahkan
dianjurkan bisa duduk menghadapi komputer selama 5-6 jam nonstop. Setelah itu
beristirahat satu jam, dan pekerjaan mengetik dilanjutkan lagi selama 3-4 jam.
Untuk dapat menjadi penulis produktif,
kedisiplinan adalah aspek utama. Kedisiplinan dalam hal ini berarti
jangan sampai baru 15 menit mengetik sudah beralih ke pekerjaan lain, misalnya
menonton televisi.
2.
Pelaksaan
penulisan (writing)
Dalam tahap penulisan, kita harus memusatkan perhatian hanya kepada tulisan
yang sedang kita buat. Semua hal yang mengganggu dalam proses penulisan artikel
harus dihindari.
a. Kehabisan kata-kata
Masalah yang sering dialami oleh penulis adalah
kehabisan kata atau tidak dapat mengembangkan pokok bahasan lagi. Menurut Haris
Sumadiria, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi kehabisan
kata-kata.[7][7]
1)
Penjelasan
Secara
sederhana, penjelasan berarti membuat keterangan atau uraian terhadap suatu
persoalan yang kita bahas. Dengan memberikan penjelasan makna kata, istilah dan
gagasan yang dibahas akan mudah dipahami secara lebih baik.
2)
Contoh
Kata dan kalimat
yang ada pada opini biasanya merupakan gambaran hal yang bersifat abstrak.
Memberikan contoh untuk hal-hal tertentu berarti menggambarkan sesuatu yang
abstrak menjadi konkret.
3)
Perbandingan
Perbandingan
merupakan uraian artikel yang dapat menjelaskan kepada pembaca. Misalnya
membandingkan antara negara satu dengan negara lain.
4)
Kutipan
Menyertakan
kutipan merupakan salah satu cara untuk mengembangkan artikel. Kutipan dapat
diambil dari kitab suci, tokoh, surat kabar, majalah, buku atau
referensi-referensi lain yang relevan dengan topik yang dibahas. Kutipan
berfungsi untuk mengembangkan bahasan, mendukung, menguatkan, serta membangun
kredibilitas gagasan penulis.
5)
Statistik
Data statistik
dapat menghidupkan angka-angka yang ada di artikel. Dengan demikian, pembaca
dapat terbantu dalam memahami atau mengenali apa yang ada dalam statistik.
6)
Penegasan
Penegasan yaitu
menyatakan kembali suatu pokok masalah dengan penyusunan redaksi yang
berbeda-beda. Penegasan berarti memberikan penekanan pada kata atau kalimat
tertentu dengan maksud untuk dijadikan rujukan bagi pembaca.
b. Gaya penulisan artikel
Gaya penulisan seseorang menentukan artikelnya bisa
dimuat atau tidak di surat kabar. Ada beberapa gaya penulisan, selain mengikuti
gaya penulisan yang digunakan oleh masing- masing penerbit surat kabar.
Diantara gaya penulisan yakni:
1) Gaya penulisan harus
kritis, analitis dan eksplanatif atau bukan karangan fiksi.
2) Hindari penggunaan
istilah atau bahasa teknis ilmiah, gunakanlah bahasa ilmiah popular, disertai
penjelasan dengan bahasa yang sederhana.
3) Alur pemaparan harus
runtut dan logis.
4) Tulisan harus
terfokus, terorganisir, punya latar belakang yang jelas.
5) Tidak bertele-tele,
bombastis atau malah vulgar.
6) Menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa asing atau bahasa daerah
sebaiknya disertai padan kata atau penjelasan.
7) Tidak menggunakan
ungkapan kalimat klise atau normatif.
3.
Perbaikan materi
tulisan (editing)
a.
Revisi judul
Karena terkadang
judul yang kita buat sifatnya masih sementara, maka kita harus membuat judul
yang lebih sesuai dengan isi tulisan, yang lebih menarik, lebih “menggigit” dan
lebih mengena sasaran pembaca. Untuk membuat judul yang “menggigit”, diperlukan
kepekaan rasa, keindahan bahasa serta ketegasan makna.[8][8] Sering
terjadi judul artikel konsumsi yang dibuat penulis pemula terlalu panjang,
terlalu singkat, datar, tidak menarik, tidak membumi, dan terlalu akademis.
Kerap terjadi, judul artikel sama persis dengan judul laporan penilitian atau
judul skripsi yang terasa dingin, kaku, dan sangat formal.
b.
Revisi intro
Seringkali
penulis pemula menulis intro berkepanjangan, bertele-tele, berputar-putar,
tidak jelas, tidak ringkas, tidak menarik, membosankan, bahkan adakalanya
membingungkan. Intro adalah bagian pembuka atau pendahuluan. Dalam pidato, intro
adalah pengantar sebelum sampai kepada pokok bahasan. Intro artikel yang baik
cukup tiga paragraf. Pastika intro yang sudah ditulis memenuhi syarat :
ringkas, jelas, menarik, dan ditulis dalam bahasa jurnalistik yang baik.
c.
Revisi komposisi
Komposisi berarti
susunan yang seharusnya beraturan. Artiekel yang baik harus sesuai dengan hukum
komposisi. Sekali keluar dari hukum tersebut, kepala dibuat kaki da
sebalikanya, maka artikel yang dibuat tak ubahnya seperti sirkus. Untuk itu,
perlu diperiksa apakah komposisi artikel yang dibuat sudah baik.
d.
Revisi akurasi
dan relevansi data
Teliti dalam
mengutip nama seseorang, jabatan, pangkat, kedudukan, alamat, angka, tanggal,
bulan dan tahun. Setelah diyakini semuanya tak ada yang salah tulis atau salah
kutip, teliti lagi apakah data yanng telah dikutip relevan dengan pokok
bahasan. Jika tidak relevan, maka harus dibuang.
e.
Revisi ejaan dan
istilah teknis
Tanpa sadar,
kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya dimengerti dan
dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas. Ganti istilah-istilah
tersebut dengan istilah yang lebih dipahami oleh umum.
f.
Revisi gramatika
Berkomunikasi
secara tertulis berbeda dengan berkomunikasi secara lisan. Bahasa lisan lebih
menekankan pengertian, sedangkan bahasa tulis lebih menekankan pada struktur
bahasa dan makna. Selain itu, bahasa artikel juga harus menggunakan bahasa
jurnalistik yang menggunakan kalimat-kalimat pendek, tegas, jelas, sederhana,
dan mudah dimengerti.
g.
Revisi bobot dan
substansi materi tulisan
Menulis tidak
hanya sekedar untuk memberikan informasi, meyakinkan, membujuk atau
mempengaruhi dan menghibur pembaca. Menulis sekaligus untuk menunjukkan
kapasitas dan kredibilitas penulis. Menulis seharusnya sesuai dengan
pengetahuan , keahlian, dan disiplin ilmu penulis. Hal seperti itu diperlukan
agar suatu ketika penulis tidak salah dalam mengirim artikel.
h.
Asumsi dampak
yang diharapakan
Menulis berarti
berkomunikasi. Menurut teori, komunikator yang baik adalah yang senantiasa
memperhatikan umpan balik. Komunikasi harus efektif, yaitu mencapai hasil yang
diharapkan. Menulis seharusnya dalam koridor normatif yang ada, realitas artikel adalah rasional,
bukan realitas virtual atau fiksional.
E. Contoh Artikel
Koran/Majalah
Korupsi Bupati: Dulu dan Kini[9][9]
Sejak era otonomi
daerah digulirkan sepuluh tahun silam, kita melihat upaya mewujudkan
kesejahteraan rakyat masih jauh panggang dari api. Ada dua fenomena yang tak
dapat kita sangkal: hadirnya politik dinasti dan ramainya perilaku korupsi.
Padahal kekuasaan politik yang dibagikan kepada sanak kerabat dan keluarga
sudah musnah pada zaman feodal, China sekitar kurun 200 sebelum masehi.
Hari ini kita melihat
maraknya politik dinasti yang terjadi diberbagai pemilihan kepala daerah di
seluruh Indonesia. Betapa banyak anak dan istri yang maju sebagai calon, tak
sedikit pula diantaranya yang keluar sebagai pemenang. Kenyataan semacam itu
dapat dengan mudah kita jelaskan sebab mereka memiliki tiga keunggulan yang tak
dimiliki calon lain. Tiga keunggulan tersebut adalah modal kuat, atribusi
kedekatan dengan incumbent, dan (kemungkinan) pemanfaatan instrument politik.
Di sisi lain kita
juga disuguhi perilaku korup yang terus menggejala di tataran elite lokal. Hal
itu dapat kita lihat, setidaknya, melalui penetapan beberapa bupati sebagai
tersangka kasus korupsi. Berdasarkan data dari komite penyelidikan dan
pemberantasan KKN Jawa tengah per Maret tahun ini, ada 6 bupati/walikota di
lingkup Jateng yang tersandung kasus korupsi. Diantaranya Sukawi Sutarip
(Walikota Semarang), Bambang Bintoro (Bupati Batang), Bambang Rianto (Bupati
Sukoharjo), Tasiman ( Bupati Pati), Fahriyanto (Walikota Magelang), dan Indra
Kusuma (Bupati Brebes).
Deretan kepala daerah
yang tersandera kasus korupsi diatas hanyalah secuil data yang disajikan. Kita
akan mendapati angka yang jauh melimpah jika semua kepala daerah (mulai dari
gubernur dan bupati/walikota) seluruh Indonesia kita tampilkan. Lalu, bagaimana
kita menjelaskan perilaku korupsi yang hari ini begitu telanjang dilakukan oleh
kepala daerah?
“Historical Legacy”
Banyak
kalangan menilai bahwa kasus korupsi para bupati (termasuk gubernur) merupakan
historical legacy (warisan sejarah). Karena demikian, maka tak heran jika
korupsi dianggap telah membudaya di Indonesia. Begitu juga yang terjadi di
Negara-negara Afrika dimana tingkat korupsi juga menjulang tinggi.
Korupsi
yang dianggap telah ‘membudaya’, berarti meletakkan korupsi itu sebagai bagian
integraldari struktur kesadaran dan budaya masyarakat Indonesia. Bak memakan
buah simlakama, sikap antikorupsidapat diartikan sebagai sikap memerangi budaya
sendiri. Dan ini sangat berbahaya.
Sri
Margana (2009: 418) menyebutkan bahwa melabelkan korupsi telah menjadi budaya
adalah sebuah cultural determinism (determinasi kultural). Kita dapat melacak
praktik kotor korupsi di Indonesia dihubungkan dengan bukti-bukti kebiasaan
kuno orang Jawa. Tradisi itu dapat berupa menawarkan upeti atau persembahan
yang dilakukan para bupati tempoe doeloe. Nyatanya praktik seperti itu tidak
hanya menjadi kewajiban semata, namun sebagai upaya menyuap atasan demi nasib
karier, jenjang, dan pangkat.
Sebagai
masyarakat dengan kultur jawa , kita juga patut melakukan sebuah otokritik.
Bahwa didalam kebudayaan jawa, loyalitas kepada keluarga lebih besar loyalitas
kepada Negara sehingga kita dapat melihat kewajiban para pegawai di kantornya
adalah sesuatu yang kedua, sedang yang utama adalah kewajiban pada keluarga dan
komunitas.
Dalam
teropong lain, Komarudin Hidayat (2010) menengarai, maraknya kasus suap dan
korupsi yang melibatkan elite penguasa, termasuk para gubernurdan
bupat/walikota, karena gaya hidup mewah para pejabat yang sulit dihilangkan.
Gaya hidup mewah ini, menurutnya merupakan warisan orde baru.
Selama
masa orde baru, kita dapat melihat betapa para pejabat dimanjakan dan
dilindungi. Nyaris tak ada pemberitaan kasus korupsiwaktu itu- padahal boleh
jadi korupsi amat marak dilakukan. Pejabat diperbolehkan melakukan apapun,
termasuk penyelewengan uang Negara dan penyalahgunaan wewenang yang dimiliki,
sepanjang tetap loyal kepada penguasa.
Bahkan
kecenderungan yang ada saat ini menyiratkan bahwa para kepala daerah tak malu
lagi mengorupsi uang Negara meskipun terselundup. Toh kalau ada yang
tertangkap, mereka hanya dianggap apes. Lantas bagaimana jalan keluarnya?
Salah
satu upaya mendesak yang perlu dilakukan saat ini adalah asas pembuktian
terbalik. Hal ini perlu dilakukan untuk menekan angka korupsi. Pembuktian
terbalik itu terutama dapat dilakukan bagi para kepala daerah dan beberapa
jabatan pos strategi lainnya. Kekayaan yang dimiliki sebelum menjabat
dibandingkan dengan kekayaan selama dan sesudah menjabat. Lalu mereka (kepala
daerah dan pejabat) diberi kesempatan untuk menjelaskan dari mana saja kekayaan
yang mereka dapatkan. Jika kekayaan melonjak drastic, tentu dugaan korupsi akan
mudah dibuktikan. Harta kekayaan pejabat yang berasal dari sumber tidak sah
(korups, suap, dan gratifikasi) dapat disita oleh Negara.
Sudah
tinggi waktunya, warisan sejarah berupa budaya yang baik kita pertahankan,
sedang yang buruk cepat-cepat kita tinggalkan. Semoga.
(Kompas, Yogyakarta, 29 November 2010)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Artikel merupakan
suatu karya yang disajikan melalui tulisan yang bersifat subjektif, kreatif,
serta referensial yang biasanya dimuat dalam media cetak seperti surat kabar
atau majalah.
2. Tujuan penulisan
artikel ilmiah antara lain ; Memberitahu (informatif), meyakinkan (persuasif
argumentatif), menghibur khalayak pembaca (rekreatif).
3. Ruang lingkup artikel
meliputi;
a. Jenis artikel;
artikel praktis, artikel halaman opini, artikel ringan, artikel analisis ahli,
serta artikel religi.
b. Ciri-ciri artikel;
Ditulis berdasarkan pandangan penulisnya, mengandung gagasan aktual,
intelektual, orisinal, mengungkapkan suatu masalah dan memberikan solusinya,
singkat, padat dan tuntas, bahasa sederhana, hidup, menarik, segar, populer dan
komunikatif, menyangkut kepentingan publik, serta ditulis
dengan atas nama (by line story)
c. Bagian-bagian
artikel; judul (head), nama penulis (by name), pendahuluan
(intro), isi (contents) dan penutup (closing)
4. Langkah penyusunan
artikel koran/majalah
Terdiri dari :
a. Persiapan
penulisan (prewriting)
b. Pelaksaan penulisan
(writing)
c.
Perbaikan materi tulisan (editing)
5.
Contoh artikel koran/majalah
Artikel yang berjudul
Korupsi Bupati: Dulu dan Kini mengupas tentang kasus korupsi yang
dilakukan oleh beberapa bupati di Indonesia.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami sampaikan. Kami sadar bahwa makalah ini belum
sempurna baik dari segi penulisan maupun materi yang disampaikan. Oleh karena
itu, kami sangat berharap akan saran dan kritik dari pembaca demi menciptakan
sebuah makalah yang lebih baik . Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan
khusunya bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
AS Haris Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Bandung:
Simbiosa
Rekatama Media, 2004.
Brama Aji Putra, Menembus Koran: Berani Menulis Artikel, Yogyakarta: Easy
Media, 2012.
Paryati Sudarman, Menulis di Media Massa, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2008.
Toto Djuroto & Bambang Suprijadi, Menulis Artikel Karya Ilmiah,
cet. V,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar